SEJARAH DESA SEMAMPIR
Kantor Desa Semampir, RT. 003 RW. 004 Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora
Makam Jati Kusumo "Sunan Janjang"
Suatu ketika ada dua orang pertapa kakak beradik yang berasal dari Desa Janjang, Sang kakak bernama Jati Kusworo dan seorang adik bernama Jati Kusumo. Dalam pertapaan tersebut sang kakak selalu makan dan tidur, maka sang kakak dalam bertapa selalu membawa kendil (alat menanak nasi), sedangkan sang adik tidak pernah makan dan tidak pernah tidur. Maka sang adik mempunyai kemampuan dan kelebihan bila dibandingkan dengan kakaknya.
Pada suatu hari Jati Kusworo memecahkan kendil alat untuk memasak nasi sehingga membangunkan sang adik, Jati Kusumo, oleh sang adik puing-puing pecahan kendil tersebut berhasil disusun/disatukan kembali seperti bentuk semula tanpa ada bekas pecahan sedikitpun. Karena Jati Kusumo memiliki kemampuan linuwih (kelebihan=kesaktian), maka sang adik oleh masyarakat setempat dijuluki dengan Sunan Janjang. Karena merasa kemampuannya di bawah sang adik, Jati Kusworo merasa malu dan pergi tanpa pamit (minggat) meninggalkan adiknya. Namun tergerak rasa sayang pada sang kakak, Jati Kusumo mencari kakaknya. Dalam pencariannya, Jati Kusumo menjelma menjadi harimau besar pergi ke hutan untuk mencari sang kakak.
Suatu ketika Jati Kusumo, Sunan Janjang mampir ke sebelah barat desa untuk menemui seorang perempuan cantik, badannya lencir (tinggi), warna kulitnya kuning, dan berpakaian serba kuning, sehingga terkenal dengan sebutan: Mbok Rondo Kuning, berasal dari Desa Jenjang. Seorang perempuan dari sebelah timur menghampirinya dan menyatakan kecewa karena beliau tidak mau singgah di dusun sebelah timur. Menanggapi pertanyaan tersebut oleh Sunan Janjang mengatakan bahwa orang-orang di sebelah timur mempunyai sifat iri (kemitren). Maka oleh Sunan Janjang, untuk mengenang tempat tersebut besok kalau ada Rejaning Jaman, Desa tersebut diberi nama Desa Kemiri, sedangkan desa sebelah barat, karena beliau singgahi (mampir=disinggahi) maka desa tersebut diberi nama DESA SEMAMPIR.
Dari cerita lain, diperkirakan bahwa asal-usul lahirnya atau sebutan lain tentang Desa Semampir kurang lebih pada zaman Kesultanan Demak, sekitar tahun 1.500-an. Pada saat terjadinya perang Bangsri, Zaman Kerajaan Mataram Islam. Perang Bangsri terjadi sekitar 1890-an, merupakan pemberontakan masyarakat Bangsri yang dipimpin oleh kepala desanya Noyo Gimbal melawan Bupati Blora, Raden Mas Tumenggung Cokronegoro yang menyokong pemerintahan Belanda. Noyo Gimbal itu sendiri mempunyai nama asli Noyo Sentiko, adalah anggota pasukan Pangeran Diponegoro setelah Pangeran Diponegoro dipatahkan oleh Belanda tahun 1930, pasukannya menyebar ke daerah-daerah dan mengadakan perlawanan secara sporadis. Termasuk Noyo Santiko yang tidak akan memotong rambutnya sebelum Belanda meninggalkan Pulau Jawa. Itulah sebabnya masyarakat menyebutnya Noyo Gimbal.
Diriwayatkan perang Bangsri berlangsung sangat lama dan heroik, pengaruhnya sampai ke desa-desa tetangga, termasuk Desa Semampir. Di berbagai tempat banyak ditemukan mayat-mayat bergelimpangan, mayat serdadu Belanda ditemukan tersangkut ( jawa = semampir ) di sebatang pohon di suatu tempat yang kita kenal sekarang Desa Semampir.
Punden Mbok Rondo Kuning Desa Semampir, Jepon, Blora
Desa Semampir, Kecamatan Jepon terdapat sebuah lokasi yang dianggap keramat atau punden. Lokasi itu dikenal pundennya Nyai Rondo Kuning atau Mbok Rondo Kuning. Beragam cerita misteri mewarnai punden tersebut. Salah satu cerita yang masyhur, konon jika ada maling yang melewati punden itu tidak bisa keluar dan seringkali muncul fenomena aneh di luar logika manusia.
Punden Nyai Rondo Kuning lokasinya ditandai dengan gubuk payung. Lokasinya dekat dengan Kerapyak, tempat yang biasa dipakai acara sedekah bumi desa Semampir.
Dahulu kala pada zaman penjajahan, Mbok Rondo Kuning singgah di tempat yang kini ada gubug payungnya. Mbok Rondo Kuning adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya dan seringkali mengenakan selendang warna kuning. Mbok Rondo Kuning adalah keponakan dari Sri Sultan Hamengkubuwono yang pertama. Suaminya bernama Kubhi yang asalnya dari Arab Saudi.
Kedatangan mereka hingga sampai di Desa Semampir dahulu kala lantaran Kubhi diterjunkan perang oleh bupati Blora untuk melawan Noyo Sentiko.
Punden Mbok Rondo Kuning yang sekarang ini ada gubug payungnya itu dulunya digunakan tempat untuk memasak dan peristirahatan jika suami pulang sehabis perang. Pada saat peperangan terjadi di wilayah desa semampir, banyak pasukan kedua belah pihak yang mati. Banyak mayat-mayat yang bergelimpangan, tersangkut pohon dan lainnya. Sehingga pada saat itu di kenal-lah dengan nama Desa Semampir (Semampir / Tersangkut).
CERITA LAINNYA DAPA DI BACA PADA PDF DI BAWAH INI: